Bisnis yang tidak akan Pernah Rugi


Bisnis yang tidak akan Pernah Rugi

Bisnis yang tidak akan Pernah Rugi Bagi Orang Bertakwa dan Mau Berusaha

Oleh Wahidin Musta’in Billah SAg MPdI

Dosen Tetap Prodi Ekonomi Syari’ah/ Islam

Institut Bisnis Muhammadiyah/IBM Bekasi

BULAN suci Ramadhan akan segera berakhir di penghujung pekan ini. Di satu sisi masyarakat muslim yang menyadari hakikat Ramadhan terutama yang sedang khusyu’ melaksanakan beragam ‘amaliyah ibadah tentunya merasa sedih sebab tidak ada jaminan untuk bisa berjumpa lagi dengan Ramadhan tahun depan. Namun di sisi lain, aktifitas perniagaan atau bisnis terkait kebutuhan Ramadhan dan lebaran ‘Idul Fitri pun tetap berjalan walau tidak seramai Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi seperti ini terjadi sebagai dampak pemberlakuan social-distancing atau PSBB. Maka pada umumnya bisnis sektor ril mengalami penurunan bahkan tidak sedikit yang mengalami kerugian atau bangkrut.

Dalam dunia bisnis untung dan rugi itu hal yang biasa dan merupakan risiko yang kerap dialami pebisnis atau pengusaha. Apapun risiko kerugian yang terjadi mestinya bisa dijadikan bahan analisa dan evaluasi oleh pebisnis itu sendiri, setidaknya bisa dibedakan apakah terjadi akibat faktor internal atau faktor eksternal. Walau sebenarnya dalam konteks wabah pamdemi sekarang ini tentu saja yang lebih dominan adalah faktor eksternal.

Bila kita klasifikasi berdasarkan niat dan maksud tujuannya, maka bisnis atau berniagaan di bulan Ramadhan ada tiga kategori, ada yang sebatas duniawi saja, ada yang fokus ukhrawi saja, dan ada pula yang berusaha mendapatkan keuntungan keduanya yakni dunia-akhirat. Yang namanya bisnis tidak lepas adanya komunikasi, interaksi, dan transaksi dengan banyak orang yang bermacam sikap dan perilakunya. Terkadang ada yang menyenangkan dan menguntungkan dan tidak sedikit pula yang justru mengecewakan dan merugikan.

Namun bagi pebisnis muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT maka sejatinya dia tidak akan pernah merasa rugi karena dia meyakini dan menyadari hakekat bisnis yang ia lakukan bukan sekadar mengejar keuntungan duniawi semata, bukan sekadar berurusan dengan banyak orang, namun yang lebih ia utamakan justru mengejar keuntungan ukhrawi dan berurusan dengan Sang Pencipta dan Maha Pemberi rizki yaitu Allah SWT.

Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ ﴿٢٩﴾

29) “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,”

(QS.  fathir/ 35: 29)

رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ ﴿٣٧﴾

(37) laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual-beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

(QS.  an-Nur / 24: 37)

Seringkali  terjadi pemahaman yang rancu terkait pengertian bisnis. Pengertian bisnis sebenarnya lebih luas dan komprehensif dibanding dengan istilah perdagangan atau perniagaan. Sehingga bisa dikatakan bahwa berdagang atau berjualan adalah bagian dari bisnis. Sebab, bisnis mencakup segala aktifitas usaha yang bisa menghasilkan keuntungan dan manfaat. Lebih dari itu bisnis yang baik adalah yang terorganisir dan memiliki sistem manajerial yang handal.

Pengertian Bisnis Menurut Para Ahli

Griffin dan Ebert (1996)

“Business is all those activities involved in providing the goods and services needed or desired by people”. Dalam pengertian ini bisnis sebagai aktifitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen. Dapat dilakukan organisasi perusahaan yang memilki badan hukum, perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak memilki badan hukum maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima, warung yang tidak memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan (SIUP) serta usaha informal lainnya.

Allan Afuah (2004)

“Business is the organized effort of individuals to produce and sell for a profit, the goods and services that satisfy societies needs. The general term business refer to all such efforts within a society or within an industry.” Maksudnya, bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, istilah bisnis secara umum kembali kepada segenap usaha yang ada di masyarakat atau ada dalam industri. Orang yang mengusahakan uang dan waktunya dengan menanggung risiko dalam menjalankan kegiatan bisnis disebut entrepreneur.

Terminologi Al-Qur’an Seputar Bisnis dan Usaha (Etos Kerja)

Al-Qur;an sebagai kitab suci ummat Islam, selama bulan Ramadhan tiada hentinya dibaca berulang kali, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Membacanya saja sudah luar biasa banyak kebaikan yang bisa didapat. Apalagi kalau ummat Islam mau mengkaji, mentadabburi, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan, termasuk di dalam berbisnis, sungguh dahsyat, akan mampu membangun masyarakat yang sejahtera dan makmur. Dalam al-Qur’an ada sejumlah kata atau terminologi yang erat kaitan maknanya dangan kata bisnis, seperti berikut ini :

  1. Kata tijarah / at-Tijarah yang berarti perdagangan atau perniagaan

Setidaknya ada terulang sebanyak 9 kali kata tijarah / at-Tijarah  dlm al-Qur’an :

(QS. al-Baqarah/ 2: 16, 282) ; (QS.  an-Nisa / 4 : 29) ; (QS.  at-Taubah / 9: 24)

(QS.  an-Nur / 24: 37) ; (QS.  Fathir/ 35: 29) ; (QS. ash-Shaff/ 61: 10)

(QS. al-Jumu’ah / 62: 11, terulang 2 kali)

  1. kata al-bai’ yang berati jual-beli

(QS.  al-Baqarah/ 2: 275) ; (QS. an-Nur/ 24: 27) ; (QS.  al-Jumu’ah / 62: 9 )

  1. Kata ‘amal / ‘amila- ya’malu yang berarti berkerja (etos kerja)

(QS.  an-Nahl / 16 : 97) ; (QS.  al-Kahfi/ 18 : 88) (QS.  al-Baqarah/ 2: 16) ; (QS. Ali Imran/ 3 : 57)

  1. Kata sa’i/ sa’ya / sa’aa- yas’aa yang berarti berusaha

(QS.  al-Isra / 17 : 19) ; (QS. an-Najm/ 52 : 39 )

  1. Pengertian dan Keberuntungan Orang yang Bertakwa

Amaliyah ibadah di bulan suci Ramadhan khususnya Shaum/ shiyam (puasa) tujuan utamanya adalah agar menjadi orang-orang yang bertakwa. Dalam ajaran Islam takwa itulah merupakan kesuksesan yang sejati yang perlu terus diusahakan dan ditingkatkan kaum muslimin dan mukminin apalagi bagi para pebisnis yang ingin sukses dunia-akhirat (QS Al-Baqarah / 2 : 183). Sementara itu pengertian dan karakteristik orang-orang bertakwa dijelaskan di dalam : (QS  Al-Baqarah /2 : 2 – 5, 177 ) ; (QS  Ali Imran / 3 : 133 – 136).

Selanjutnya Allah SWT pun menjamin keberuntungan dan kesuksesan bagi hamba-hambanya yang bertakwa, baik secara individu (QS  ath-Thalaq / 65 : 2, 3, 4, 5) maupun secara kelompok maysarakat dan bangsa. (QS Al-‘Araf / 7 : 96).

  1. Keteladanan Bisnis dari Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat

Ummat Islam adalah ummat Rasulullah Muhammad SAW. Beliau sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul adalah pebisnis yang sukses, sebagaimana dipahami dan diyakini ummatnya, beliau adalah teladan dalam segala hal termasuk dalam berbisnis. Demikian pula para sahabat beliau, terutama kaum muhajirin (yang berasal dari Kota Mekah) mayoritas mereka adalah pebisnis yang telah mengaplikasikan nilai ajaran Al-Qur’an dalam berbagai bidang kehidupan wabil khusus dalam menjalankan bisnis. Sebut saja yang paling populer diantaranya Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan yang lainnya. Mereka telah banyak menyumbangkan harta kekayaan dari hasil bisnisnya untuk perjuangan dan dakwah Islam. Bahkan di kalangan wanita pun ada yang menjadi pebisnis sekaligus investor yaitu Siti Khadijah, beliau selain menjadi istri Rasulullah SAW juga merupakan pendukung pertama dan utama perjuangan Islam.

Raih Kesuksesan Bisnis Dunia dan Akhirat dengan Ilmu

Untuk sukses berbisnis tentu memerlukan dasar ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman, terlebih di zaman seperti sekarang ini, dimana berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi terus berkembang sedemikian pesat. Maka pebisnis yang tidak mengikuti perkembangan tersebut akan tertinggal dan tersisih dalam persaingan bisnis. Selain itu pebisnis yang baik memiliki sikap mental dan etika yang positif, utamanya bagi pebisnis muslim yang ingin meraih kesuksesan bisnis di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana ditegaskan Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda :

“Barang siapa menginginkan (kesuksesan) dunia maka harus dengan ilmu, barang siapa menginginkan (kesuksesan) akhirat maka harus dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan sukses keduanya (dunia-akhirat) maka harus dengan ilmu” (HR Bukhari-Muslim).

Selain itu agar segala ilmu pengetahuan seputar bisnis bisa diterapkan maka perlu adanya mentor, mitra, teman-teman pergaulan dan komunitas yang bisa seiring sejalan untuk sama-sama meraih kesuksesan. Maka dalam hal ini sangatlah penting hadirnya peranan Lembaga Pendidikan Bisnis yang handal, profesional dan Islami. Alhamdulillah di Kota Bekasi sudah lima tahun ini hadir Institut Bisnis Muhammadiyah (IBM) Bekasi guna mendidik dan melatih generasi muda untuk menjadi pebisnis atau entrepreneur yang bisa membangun perekonomian ummat dan bangsa. (Wallohu ‘alam bish-shawaab).

Bekasi, 28 Ramadhan 1441.H

21 Mei 2020.M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *