In Memoriam Ahmad Sanusi
Ahmad Sanusi, lahir 11 Mei 1992 adalah satu dari 73 mahasiswa Institut Bisnis Muhammadiyah (IBM) Bekasi yang telah dinyatakan lulus dan siap untuk diwisuda dari Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan ke-2. Sanusi dinyatakan lulus setelah mempresentasikan skripsinya di hadapan dewan penguji yang salah satunya Kaprodi Ilmu Komunikasi, Trisnawati M.I.Kom.
Ada catatan sejarah panjang almarhum untuk bisa berkuliah. Apalagi, sosok Sanusi yang terlahir dengan sembilan bersaudara dari ayah dan ibu yang tak berkemampuan, profesi pemulung, dan keterbatasan itulah yang mendorongnya untuk menuntaskan pendidikan tinggi dengan tepat waktu.
Sanusi begitu gigih untuk dapat melanjutkan studi walu ketika itu tuntas di tingkat SMP. Secara diam-diam, dia mencoba menempuh Pendidikan Paket C (setara SMA) dengan uang yang dikumpulkan sendiri dari mengais rezeki sebagai pemulung. Bahkan, mengerjakan apa saja yang disuruh orang lain padanya. Dan akhirya Sanusi dapat menyelesaikan Paket C.
Dengan bekal Ijazah tersebut, dia pun diterima bekerja paruh waktu dari perusahaan satu ke perusahaan lain. Kadang sebagai tenaga cleaning service atau pesuruh. Hanya dengan modal kerja paruh waktu itu dia melanjukan pendidikan di jurusan Ilmu Komunikasi IBM Bekasi hingga dinyatakan lulus dan berhak atas gelar S.I.Kom (S1).
Sebagai tulang punggung keluarga karena ayah dan ibunya sudah tua renta dan adiknya satu lagi masih di kelas 3 SMP yang dia biayai dari hasil kerjanya di pabrik, pun memberi tahu ke orang tuanya bahwa dia telah lulus kuliah, tinggal menunggu wisuda. Terang saja ayah Sanusi menangis karena bangga memiliki anak seperti Sanusi.
Namun nasib berkata lain. Ibunya bergumam; “Sanusi sekarang sudah tiada.” Ya, kesehatannya tiga bulan terakhir memburuk karena kanker paru-paru dan lambung. Sanusi menghembuskan nafas terakhirnya pada Sabtu, 3 November 2019 di kediamannya di perbatasan Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor.
Kediaman Sanusi dan kedua orang tuanya sangat sederhana. Di sana sini kelihatan lubang dinding yang bolong dan lantai yang tidak rata karena retakan tanah dengan plapon menerawang ke genting karena bebas dari sekat. Ketika tim IBM Bekasi kami berkunjung ke kediaman, tidak banyak orang yang bertakjiah. Maklum, bukan siapa-siapa dan tim IBM Bekasi disambut dengan tangisan nenek tua yang mengharukan, ternyata sang ibu Sanusi.
“Maafin anak saya, doain anak saya, Sanusi tulang punggung keluarga kini sudah tiada, saya merasa berdosa harusnya saya yang menjadi tulang punggung keluarga, malah anak saya yang bekerja mati-matian,” kata lelaki tua yang juga ayah Sanusi.
“Tolong saya diundang kalau wisuda nanti, saya akan datang mewakili almarhum supaya dia senang saya akan ambilkan ijazahnya,” lanjutnya sambil terisak.
Tim IBM Bekasi yang dipimpin Rektor Ahmad Jaenudin pun membalas; “Iya Bapak dan Ibu akan kami undang dan kami jemput untuk menghadiri wisuda.”
Kesulitan keuangan, keterbatasan keluarga, dan serba kekurangan, tidak menyurutkan tekad almarhum Sanusi, berjuang menempuh Paket C hingga selesai kuliah dengan biaya sendiri. Bahkan, sebagian uangnya untuk menyekolahkan adiknya dari SD hingga kelas 3 SMP dan juga buat kebutuhan konsumsi ayah dan ibunya yang sudah tua renta yang berprofesi sebagai pemulung.
“Mari kita doakan Sanusi sebagai sosok suri tauladan kita semua untuk terus belajar dan berbuat bagi keluarga, semoga Allah SWT membalas perjuangan yang telah dilakukannya. Amiin,” ujar Jaenudin. ***
Oleh Ahmad Jaenudin (Rektor IBM Bekasi)